Apakah
shalat zuhur setelah shalat jum’at termasuk perbuatan yang dilarang, dan tidak
mempunyai dasar ?
قال الشافعي رحمه الله تعالى : ولا
يجمع في مصر وإن عظم أهله وكثر عامله ومساجده إلا في موضع المسجد الأعظم وإن كانت
له مساجد عظام لم يجمع فيها إلا في واحد وأيها جمع فيه أولا بعد الزوال فهي الجمعة وإن جمع في آخر سواه بعده
لم يعتد الذين جمعوا بعده بالجمعة وكان عليهم أن يعيدوا ظهرا أربعا
“Imam
Syafii Rohimahulloh berkata: tidak boleh didirikan jum’at didalam satu kota
meskipun besar dan banyak masjidnya kecuali hanya disatu tempat masjid yang
terbesar. Jika ada masjid-masjid yang besar, maka tidak boleh didirikan jum’at
melainkan satu masjid saja, manapun jum’at yang pertama sudah didirikan setelah
masuk waktu zuhur, maka itulah jum’at yang sah, dan jika masjid lain telah
didirikan shalat jum’at setalah masjid yang pertama,, maka jum’at yang
belakangan tidak dianggap, dan mereka wajib mengerjakan shalat zuhur empat
rakaat. ( Al Umm, jld:1 hal: 221)
Syeikh wahbah Zuhaily mengomentari dalil
dari syarat jum’at tersebut di dalam kitab “alfiqhul islamy wa adillatuhu”
دليل هذا الشرط أنه صلّى الله عليه وسلم وصحبه والخلفاء الراشدين
والتابعين لم يقيموا سوى جمعة واحدة، ولأن الاقتصار على واحدة أدعى لتحقيق المقصود
من إظهار شعار الاجتماع، واجتماع الكلمة.
Dalil syarat ini
bahwa Nabi Saw , para sahabat Khulafaurrosydin, dan para tabi’in mereka tidak
mendirikan jum’at melainkan hanya satu jum’at, karena terbatasnya atas satu
jum’at itu lebih mendorong untuk menyatakan maksudnya dari mensyi’arkan
berjama’ah.( Fiqih Islam Waadilatuh, Jilid 2.h, 1299)
Rosul bersabda :
صَلــُّوْا كَمَا رَأَيــْتــُمُونــِي أُصَلِّي
Rosul bersabda: “Sholatlah sebagaimana kau melihatku shalat”
(HR.Ibnu HIbban)
إن
تعددت الجمعة لحاجة، بأن عسر اجتماع بمكان، جاز التعدد، وصحت صلاة الجميع على
الأصح، سواء وقع إحرام الأئمة معاً أو مرتباً، وسن صلاة الظهر احتياطاً، فالاحتياط
لمن صلى ببلد تعددت فيه الجمعة لحاجة، ولم يعلم سبق جمعته: أن يعيدها ظهراً،
خروجاً من خلاف من منع التعدد ، ولو لحاجة. وينوي آخر ظهر بعد صلاة الجمعة أو ينوي
الظهر احتياطاً، خروجاً عن عهدة فرض الوقت بأداء الظهر.
Apabila shalat jum’at berbilang karena ada hajat, seperti sulit
berkumpul didalam satu tempat, maka boleh “ta’addudul jum’at” berbilang jum’at,
dan sah shalat semuanya menurut pendapat yang lebih shohih. Baik takbirotul
seluruh imam itu berbarengan atau secara tertib, dan disunnahkan
shalat dzhuhur dengan ihtiyat ( berhati-hati), maka bagi orang
yang shalat disatu balad atau wilayah yang berbilang shalat jum’atnya karena
ada hajat, dan tidak diketahui terdahulunya jum’at diihtiyatkan mengulang
shalat zuhur, karena keluar dari menyalahi pendapat yang menegah untuk ta’addud
jum’at meskipun ada hajat, dan niat shalat zuhur setelah mengerjakan shalat
jum’at, atau niat zuhur karena ihtiyah, agar keluar dari tanggungan kewajiban
dalam waktu tersebut dengan mengerjakan shalat zuhur. (Alfiqhul
islamy waadillatuhu jld 2: 1300)
Imam Suyuthi mengatakan didalam kitab asybah
wannadhzoir
الْخُرُوجُ مِنْ الْخِلَافِ مُسْتَحَبٌّ
Keluar dari khilaf atau
perselisihan adalah sunnah ( Asybah wan nadhzo’ir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar