Cari Blog Ini

Kamis, 12 Desember 2013

BiOGRAFI GURU MARZUKI MUARA



Edisi Revisi


GURU MARZUKI

Pendahuluan
Bismillahi rrohmanirrohim

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan berbagai macam nikmat kepada hambanya shalawat dan salam tertuju kepada junjungan nabi besar kita Muhammad saw dan keluarga serta sahabatnya sekalian.
Bila kita meninjau secara umum sejarah pertumbuhan dan perkembangan Islam sejak masa Rasulullah saw hingga abad ke 15 H, ini mengalami empat periode.
1.            periode permulaan Islam mulai masa Rasulullah hingga masa khulafaurrasydin
2.            periode kejayaan mulai masa Daulat Mu’awiyyah sampai Daulat Abbasiyah
3.            Periode kemunduran mulai masa daulat Mugholiyah sampai abad ke 14 hijriyah.
4.            Periode kebangkitan mulai permulaan abad ke 15 hijriyah sampai sekarang.
Dengan mengetahui perkembangan Islam, para pembaca dan pecinta ilmu pengetahuan diharapkan menyadari bahwa Islam senantiasa bertumbuh dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman.
Setelah Islam mengalami kemunduran sedang Daulah islam menjadi berserakan di kuasai lawan, namun orang-oranganya tidak tinggal diam mencari peluang untuk mengembalikan kejayaan seperti semula, maka tersebarlah agama Islam dibawa oleh pedagang-pedangan bangsa Arab masuk ke tiap pelosok penjuru Dunia. Bahkan sampai juga ke Indonesia sekitar abad ke-13.




            Di kampung Muara ( Cipinang Muara ) yang berada diwilayah Jatinegara ( Mester )sebelah selatan dari pasar kelender, sekitar abad ke –19 dan ke- 20 adalah daerah yang masih relatif sedikit penduduknya, dengan penduduk yang  yang masih jahil terhadap aqidah dan ajaran-ajaran syariat islam. Perbuatan maksiat, khurafat, bid’ah tak asing lagi dilakukan oleh orang-orang yang jahil.  dimana-mana banyak orang yang berbuat syirik kepada Allah swt. Tetapi dengan izin Allah swt, berubah menjadi kampung yang harum didengar dan sebagai basis penyebaran agama Islam. Berbondong - bondong orang pergi menuju ke kampung Muara untuk menimba ilmu sebagai langkah awal dalam usaha menyebarkan agama Islam. Banyak para tokoh Islam yang ternama, yang tersebar keseluruh pelosok kota Jakarta khususnya menimba ilmu di kampung Muara, sehingga nama Cipinang Muara menjadi harum dan dikenal. Siapakah sosok yang menjadikan kampung Muara harum namanya, yang melahirkan para da’I dan tokoh-tokoh cendikiawan muslim? beliau adalah Tuan Guru Marzuki, ulama besar, panutan ummah didaerah Jakarta khususnya. Dan beliau disebut juga dengan  Sibawaihi fi zamanihi artinya :  seakan Sibawaihi “Tokoh ternama dalam fan ilmu Nahwu” hidup kembali menjelma di Guru Marzuki.  begitulah sebagian ulama menjuluki Guru Marzuki.

B. Latar Belakang Sejarah Hidup Guru Marzuki
B. 1. Riwayat Hidup
            Nama lengkap beliau adalah Ahmad Marzuki dilahirkan pada malam ahad tanggal 16 Ramadhan  1293 H. ( 1876 M ) di Rawa Bangke ( sekarang Rawa Bunga) didaerah Jatinegara ( mester ) Jakarta timur. Guru Marzuki adalah anak pertama dari dua bersaudara., adiknya adalah seorang wanita yang bernama Mardiyah. Ayahnya bernama Ahmad Mirshod bin Hasnum bin Khatib Saad bin Sulthan yang diberi gelar Laksana Malayang salah seorang pangeran dari kesultaanan Fattoni di Muangthai Selatan atau Srilanka. Ibundanya adalah seorang wanita yang sholihah tekun beribadah serta membimbing Guru Marzuki hingga menjadi seorang yang sangat harum namanya. Nama ibundanya adalah Hj. Fatimah binti H. Syihabuddin bin Maghrib Almadury berasal dari tanah Madura keturunan dari Maulana Ishaq yang kuburannya di kota Gresik Jawa Timur. Kakeknya H. Syihabuddin adalah seorang Khotib di Masjid Jami’ Al-Anwar Rawa Bangke ( diperkirakan berdiri sejak awal abad ke – 19 ). Guru Marzuki mempunyai 18 anak dari empat istri. Diantaranya:
Keturunan dari  istri yang pertama yaitu Hj Sholihah adalah:

*     KH Abd Malik ( Guru Malik )
*     Hj. Habibah
*     Hj. Ulya
*     Hj. Aisyah
*     Hj. Syaikho
*     Hj. Zainab
*     Hj. Jamilah

Sedangkan keturunan dari istri yang kedua yaitu Hj. Malihah  adalah :

*     KH. Muhammad Baqir ( Guru Baqir )
*     HJ. Afifah.
*     H. Ma’mun
*     H. Abd Mu’thi
*     H. Ahmad Fudhoil
*     Hj. Mas’udah
*     Hj. Ruqoyah
*     H. M. Jamil
*     H. Abd Jawad.
            Sedangkan dari istrinya yang ketiga  ( Hj. Hasanah ) beliau dianugerahi satu keturunan yaitu :  
*     H. Abd Ghofur
            Dan dari istrinya yang keempat ( Hj. Fatimah ) mempunyai satu keturunan yaitu:   H. Mahdor.
           
            Dari kedelapan belas anaknya, Guru Marzuki juga mempunyai mantu yang menjadi ulama besar sebagai penerus beliau.Diantaranya KH. Muhammad Thohir bin H. Ja’aman. KH. Muhammad tohir adalah salah satu dari murid-murid Guru Marzuki yang menikah dengan anaknya yang kedua dari istrinya yang pertama yaitu HJ. Habibah. KH. Muhammad Thohir inilah yang meneruskan perjuangan pondok pesantren Guru Marzuki setelah senggang beberapa tahun dari meninggalnya Guru Marzuki, belum ada salah satu dari anaknya yang dapat bertahan lama untuk meneruskan perjuangan ayahnya, hanya beberapa bulan saja. Namun ternyata karomah Guru Marzuki turun kapada mantunya KH. Muhammad Thohir. Beliaulah yang meneruskan perjuangan Guru Marzuki. Yang kedua KH. Ali Syibromalisi putra dari ulama besar di daerah Kuningan yaitu KH. Abdul Mughni ( Guru Mughni ).KH. Ali Syibromalisi menikah dengan salah satu putrid dari Guru Marzuki yang bernama HJ. Syaikho.

B. 2. Petulangan Syeikh Marzuki dalam menimba ilmu agama
            Pada usianya yang ke sembilan tahun, Guru Marzuki ditinggal wafat oleh ayahnya yang tercinta, usia yang masih sangat membutuhkan pendidikan dan perawatan dari ayahnya. Namun meskipun Guru Marzuki telah ditinggal wafat ayahnya, ibundanya Hj. Fatimah seorang ibu yang solihah dan taqwa tidak berputus asa, beliau tetap merawat dan mendidik serta mendoakan Guru Marzuki untuk menjadi seorang yang alim dan pandai dalam bidang ilmu agama meskipun dalam kehidupan yang sangat sederhana di kampung yang terpencil, yairu Rawa Bangke ( Rawa bunga ). Guru Marzuki diajarkan cara berakhlak yang baik oleh ibundanya hingga pada usianya yang ke dua belas tahun, ibundanya menyerahkan Guru Marzuki kepada seorang guru ngaji yang bernama Haji Anwar untuk diajarkan dan didik cara membaca alquran dan pendidikan agama Islam  lainnya. Tak lama kemudian pada usianya yang ke-enam belas tahun, Syeikh Marzuki langsung diserahkan oleh ibunya kepada salah seorang keturunan Arab dari Dzurriyah Rasul yaitu Said Usman bin Muhammad Banahsan Said Usman memberikan pendidikan agama dengan mengajarkan berbagai macam kitab-kitab salaf seperti Nahwu, Lughoh, Fiqh, Tauhid dan lain-lain. Semasa mendapat pendidikan dari Sayid Usman, Guru Marzuki belajar dengan tekun dan penuh kesabaran dan tidak mudah berputus asa, walaupun dalam kondisi apa adanya. Rupanya kesabaran itulah yang merupakan titik awal Guru Marzuki untuk terus mendalami ilmu agama hingga menjadi seorang yang sangat alim dan disegani. Guru Marzuki juga banyak menghafal, baik berupa nazhom atau matan. Ternyata menghapal ini sangat bermanfaat sekali bagi orang yang suka menuntut ilmu. Tepat sekali dengan bunyi syair dalam kitab Majmu’ah Sab’atu kutub Mufidah:
“Apabila engkau tidak ada usaha untuk mnghapal
maka semua ilmu yang terkumpul dalam kitab tiada guna
inginkah engkau datang kemajlis ilmu dalam keadaan bodoh
sedangkan ilmumu tertinggal dikitab begitu saja.”


B.3. Perjalanan Menuju Kota Mekkah
            Melihat kecerdasan dan kekuatan menghafal Guru Marzuki  begitu pesat, hingga dapat melebihi dari murid-murid lainnya pada usianya yang ke enam belas tahun, Said Usman meminta izin kepada ibundanya yang solehah untuk mengizinkan Guru Marzuki belajar ilmu agama lagi di kota yang sangat terkenal, kota dimana Rasulullah dilahirkan, yaitu Makkah Al- Mukarromah. Rupanya tradisi para ulama dahulu khususnya bangsa Indonesia bila seorang yang masih terasa haus dengan ilmu agama mereka melanjutkan perjalanan menuntut ilmu ke kota Mekkah. Karena disana banyak didapat ulama-ulama yang terkenal dan memiliki kualitas keilmuwan yang sangat luas serta memiliki berbagai macam karangan kitab  yang sangat besar. Bahkan semua jenis macam ilmu terkumpul disana. Dan hampr seratus persen semua ulama yang berasal dari Indonesia  mereka menimba ilmu agama dikota Mekkah diantaranya KH. Abdul Mughni dari Kuningan, KH. Abdul Majid Pekojan KH Moh. Mansur Jembatan Lima, KH. Ahmad Kholid Gondangdia, Said Usman bin Yahya, Syeikh Nawawi Banten, Syeikh Khotib Minkabawi dan ulama-ulama lainnya baik yang tinggal dan menetap di Mekkah atau yang pulang ke Negrinya Indonesia.
Hal ini dialami juga oleh Guru Marzuki. Perjalanannya menuju ke Kota Mekkah tidak semudah masa sekarang ini, cukup dengan menaiki pesawat terbang, dengan perjalanan yang sangat singkat sudah dapat sampai disana. Berbeda dengan perjalanan Guru Marzuki, sekitar bulan Rajab atau sya’ban tahun 1325 H. Guru Marzuki melanjutkan perjalanan ke Kota Mekkah menggunakan kapal layar dengan memakan waktu berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan, dengan persediaan makanan yang sangat sederhana dan apa adanya. disertai dengan ketawakkalan yang sangat tinggi kepada ilahi Robbi. Di Mekkah Guru Marzuki belajar kepada para ulama dan udaba dan Hukama. Seperti :

*     Syeikh  Muhammad Ali Al-Maliki,
*     Syeikh Usman As sarwaqy,
*     Syeikh Muhammad Amin, Said Ahmad Ridwan,
*     Syeikh Hasbullah al Misri,
*     Syeikh Mahfudz at tirmasy,
*     Syeikh Solih Bafadhol,
*     Syeikh Abdul karim,
*     Syeikh Muhammad Said al Yamani,
*     Syeikh Umar bin Abu Bakar Bajunaid,
*     Syeikh Mukhtar bin ‘Athorid, 
*     Syeikh Ahmad Khotib al minkabawi,
*     Syeikh Muhammad yasin Al fayuni,
*     Syeikh Marzuki al Bantani,
*     Syeikh umar Sumbawa,
*     Syeikh Muhammad Umar Syatho,
*     Syeikh Said Ahmad Zaini Dahlan,
*     dan ulama-ulama lainnya.

            Begitu banyak sekali guru-guru beliau, wajarlah ilmu yang beliau peroleh sangat banyak. Disana Guru Marzuki belajar dengan tekun dan penuh perhatian terhadap ilmu, doa dan munajat tak henti-hentinya beliau lakukan baik diwaktu belajar maupun dikala shalat malam. Membaca dan memutholaah terus berjalan, berbagai macam ilmu beliau pelajari, mulai dari fiqh, ushul fiqh, tafsir, hadits hingga ke ilmu mantiq ( logika ). Berbagai macam kitab kuning beliau dalami bagaikan mencari mutiara didalam dasar lautan yang dalam. Beliau juga mendalami tasawuf dan memperoleh ijazah untuk menyebarkan tarekat Alawiyah dari Syeikh Muhammad Umar Syatho, saudara dari Syeikh Abu Bakar Syatho pengarang kitab I’anatu Tholibin syarah dari kitab Fathul Muin, yang terdiri dari empat jilid. Syeikh Umar Syatho  memperoleh tarekatnya dari syeikh Ahmad Zaini dahlan. Cara belajar di Mekkah tidak sama dengan cara belajar sekarang dalam bentuk lembaga-lembaga atau Universitas, di Mekkah belajar dengan bentuk halaqoh-halaqoh atau lingkaran. Setiap halaqoh membahas satu bidang ilmu seperti fiqh, Nahwu, hadits atau Tafsir.
            Dalam waktu yang cukup singkat Guru Marzuki menghabiskan waktu belajarnya di Mekkah selama 7 ( tujuh ) tahun, karena mendapat surat dari gurunya Said Usman  agar kembali ke Jakarta. Coba anda pikirkan dalam waktu tujuh tahun, waktu yang sangat singkat,dibanding para pelajar lainnya ada yang sepuluh,  bahkan sampai dua puluh tahun, Guru Marzuki sudah dapat memperoleh ilmu yang sangat luas.Semuanya bisa berhasil karena kesungguhan, ketukunan, kesabaran dan kecerdasan Guru Marzuki serta iringan doa agar mendapat kemudahan dalam menuntut ilmu .Rupanya usaha dalam menuntut ilmu yang dilakukan Guru Marzuki sesuai dengan methode belajar yang didalam kitab Ta’limul Mutaallim.seperti ungkapan syair dalam Ta’limul Mutaallim:
“Kau idamkan menjadi seorang faqih yang menganalisa
padahal kau tak mau merasakan susah. Macam-macam saja penyakit gila ini’
‘Tidak bakal engkau memboyong harta tanpa ada penderitaan
Maka ilmu pun demikian pula”.
B.4. Kembali Pulang ke kampung halaman     
            Disaat merasakan kenikmatan dalam belajar, Guru Marzuki mendapat sepucuk surat dari gurunya di Jakarta Said Usman Banahsan supaya Guru Marzuki kembali kekampung halaman untuk menggantikan Said usman dalam mengajar. Maka atas persetujuan guru-gurunya Guru Marzuki kembali ke kampung halamannya di Rawa Bangke pada tahun 1332 H.  setibanya di Rawa Bangke, Guru Marzuki disambut oleh ibundanya tercinta dan Said Usman banahsan dengan rasa gembira karena, pemuda yang didambakan  dapat kembali dengan selamat sambil membawa bekal ilmu yang tentunya akan disebarkan dikampung halamannya. Guru Marzukipun merasakan demikian, tujuh tahun lamanya tak bertemu ibunda tercinta, guru dan sanak keluarganya. Rasa gembira telah berlalu. Kini Guru Marzuki mendapat tugas dari gurunya Said Usman Banahsan untuk menggantikannya dan mengajarkan murid-muridnya. pada saat itulah Guru Murzuki  mulai mengembangkan karirnya sebagai dai dan santri dari kota Mekkah untuk menyebarkan agama Allah yang hanif. Ditengah asyiknya Guru Marzuki mengajar, Allah Swt memanggil orang yang sangat dicintai oleh Guru Marzuki, yaitu guru tercintanya Said Usman Banahsan. Satu ujian yang besar bagi Guru Marzuki disaat pertama kali menyebarkan ilmu di Rawa Bangke. Tetapi hal itu tidak mengurangi semangat beliau dalam meyebarkan agama Islam, Guru Marzuki terus maju untuk membimbing orang-orang yang jahil agar mereka dapat mengenal dan membedakan mana yang hak dan bathil
Guru Marzuki adalah orang yang sama halnya dengan orang lain, beliaupun ada keinginan untuk menikah dan memiliki keturunan yang kelak akan menggantikan dan meneruskan perjuangan beliau. Beliau menikahi empat orang wanita. Dua orang beliau nikahi selama  tinggal di Rawa Bangke dan dua orang lagi beliau nikahi setelah beliau pindah ke kampung Muara. istri yang pertamanya bernama HJ. Sholihah binti H. Amrulloh dan istri yang kedua adalah Hj Malilah binti H. Ahmad. Sedangkan dua wanita yang belaiu nikahi selama belioau tinggal di muara adalah : pertama: HJ. Hasanah binti H. Mi’an dan Hj. Fatimah binti H. Zayadi. Dalam menjalani kehidupan yang baru ini, disertai beban tanggung jawab atas keluarganya, istri dan anaknya yang akan diberikan bimbingan dan pendidikan agama, tidak mengurangi semangat juang Guru Marzuki dalam membina umat dan mengajar.Beliau sangat tegas terhadap keluarganya dalam memberikan pendidikan agama. Beliau ingin membangun sebuah pondok pesantren. Sebagai basis untuk membina umat.

B. 5. Pindah ke kampung Muara dan mendirikan pondok pesantren
            Melihat perkembangan dakwah di Rawa Bangke tidak begitu pesat, dan lingkungannya yang sudah rusak serta banyak sekali rintangannya dalam usaha menyebarkan agama Islam, terlebih khusus dalam membangun sarana pendidikan sebagai wadah untuk mencetak para ulama-ulama terkemuka. Maka pada tahun 1340 H. Guru Marzuki memutuskan untuk mencari tempat yang tenang dan sesuai dengan keinginan beliau untuk membangun pesantren. Ternyata kampung Muaralah tempatnya yang Allah Taqdirkan sebagai kampung yang harum, tempat untuk mencetak kader-kader ulama dan Muballighin yang memiliki kemampuan barbagai macam bidang ilmu agama.
            Kampung Muara adalah satu kampung yang masih sepi,yang dipenuhi oleh banyak pohon serta bukit-bukit kecil.dengan penduduk yang masih sangat sedikit. Letaknya berada dipertengahan antara pasar kelender dan mester ( Jatinegara ). Tidak jauh lokasinya dari tempat kelahiran Guru Marzuki di Rawa Bangke yaitu sebelah Timur dari Rawa bangke kira-kira satu kilo meter jaraknya dari rawa bangke. Kampung Muara ini di kelilingi oleh dua sungai yang dahulu masih jernih sekali. Sebelah Timur, kali sunter dan sebelah Barat, kali Cipinang. Kedua kali ini ternyata mempunyai titik Muara yang letak persis di sebelah ujung  ( Utara ) perbatasan kampung muara dengan Cipinang Jagal.
            Guru Marzuki bersama keluarga, istri dan anaknya pindah kekampung Muara. Mengambil lokasi sebelah selatan berdekatan dengan kali sunter. Ditempat inilah Guru Marzuki membangun pesantren. Dan basis untuk menyebarkan agama Islam Pondok pesantren yang beliau dirikan ini dipenuhi oleh santriawan dan santriwati. Sebelah Timur dekat pinggir kali yang sekarang dibangun Masjid Al-marzuqiyyah serta Kuburan  beliau, adalah tempat pondok para santri laki, sedangkan sebelah Barat  adalah pondok untuk santri wanita. Santri yang menimba ilmu disitu ada yang tinggal atau mondok dan ada pula yang pulang pergi. Pendidikan yang beliau ajarkan tidak asing lagi yaitu Fiqh, tauhid, nahwu shorof, tasawuf, hadits mantiq dan lain-lain dari bermacam-macam fan ilmu pengetahuan agama Islam. Banyak orang-orang yang berduyun-duyun datang ke kampung Muara untuk menimba ilmu kepada Guru Marzuki, baik yang berasal dari kampung Muara sendiri, kampung sebelah atau dari luar seperti: Bekasi, Sumatra Barat, Palembang dan kota Jakarta sekitarnya.
Ilmu dan metode yang Beliau ajarkan tidak beda dengan pondok -pondok pesantren salaf dimasanya yaitu pendalaman kitab-kitab kuning dan cara membaca serta memahaminya. Namun  yang sering disebut-sebut orang  adalah murid membaca kitab Beliau menyimak tanpa memegang kitab, bahkan sambil berjalan-jalan ke kebun-kebun Beliau. Bila murid salah dalam membaca kitab, Beliau tidak membetulkan tetapi memukul, supaya diulangi lagi dan dilancarkan bacaannya kepada murid-murid seniornya. Beliau seorang Guru yang sangat tinggi perhatiannya kepada murid-muridnya. Sering memberikan nasehat dan motivasi kepada murid-muridnya.

B. 6. Kegiatan Guru Marzuki diluar pesantren.
            Guru Marzuki tidak hanya mendidik santri yang mondok dilingkungan pesantren, tetapi beliau juga mengajar keluar, ke langgar ( musholla ), ke mesjid dan tempat-tempat majlis lainnya baik yang didalam kampung muara atau diluar kampung Muara, seperti Prumpung, Cipinang Besar, Rawa Bangke dan lain-lain. Dalam memberikan pengajaran ilmu agama diluar pesantren ternyata banyak juga orang yang ikut untuk menimba ilmu darinya, meskipun datang dengan kondisi yang masih sulit sambil membawa lampu colen atau obor dimalam hari yang gelap gulita.  
Beliau adalah seorang ulama yang sangat prihatin terhadap masalah aqidah, sehingga diantara karangan-karangan beliau banyak yang beliau karang tentang ilmu tauhid. Seperti Sirojul Mubtadi, Sabiluttaqlid, dan Zahratul Basatin Banyak-banyak orang-orang tua sekarang yang pernah mengalami belajar kepada Guru Marzuki khususnya  yang masih hidup ditahun delapan puluhan,  masih ingat tentang hapalan sifat-sifat Allah dan istilah-istilah dalam ilmu tauhid.Guru Marzuki dalam membina serta mengajarkan kepada Murid-muridnya sangat Arif, sabar serta tegas.
Terutama kepada orang wanita. Beliau menganjurkan kepada muridnya yang wanita agar memakai kain sarung sampai menutupi seluruh tubuhnya hingga yang terlihat sedikit wajahnya atau istilah lain disebut dengan “berkerebong”, hingga kini masih terlihat satu atau dua orang nenek-nenek yang mengenakan busana kain sarung dipakai menutupi kepalanya. kaum wanita tidak diperbolehkan bergaul oleh laki-laki yang bukan mahromnya, bila ketahuan maka Guru Marzuki tidak segan segan untuk memukulnya. Begitupula kaum wanita tidak diperbolehkan untuk bersuara didekat laki-laki khsusnya menyanyi atau berqosidahan sampai terdengar oleh laki-laki.
            Guru Marzuki seorang ulama yang sangat disegani dan memiliki kharisma yang tinggi. Bila ada orang yang sedang berkumpul, ketika mendengar suara kuda Guru Marzuki maka mereka semuanya  kabur takut ketahuan bahwa mereka sedang menongkrong. Guru Marzuki pergi keliling kampung Muara baik mengajar ataupun berdakwah sambil mengendarai kuda. Kuda yang Guru Marzuki miliki hanya dua, pertama dinamakan “hitam” dan yang kedua dinamakan “Gel” kedua kudanya ini sangat menurut kepada beliau.
            Disela-sela mengajar Guru Marzuki termasuk orang yang sering didatangi para tamu yang berkunjung kerumahnya baik dari masyarkat sekitar kampung , kawan-kawannya dan tamu dari luar kota  atau  luar Negeri.seperti Syeikh Muhammad Ali Al-Maliki yang pernah berkunjung ke kediaman Guru Marzuki, dengan kedatangan gurunya , Guru Marzuki sangat ta’zhim sekali kepadanya. Sehingga ketika gurunya akan menaiki kuda, Guru Marzuki menyiapkan punggungnya sendiri sebagai tempat injakan untuk menaiki kuda. Bila kita perhatikan betapa besar penghormatan Guru Marzuki kepada gurunya yang telah memberikan ilmu pendidikan kepadanya, meskipun beliau sudah menjadi seorang guru juga, tetapi beliau tidak ingin sifat sombong tertanam dalam dirinya.
            Perhatian Guru Marzuki kepada masyarakat, khususnya orang yang faqir miskin sangat tinggi, terutama orang faqir yang mau ibadah, bahkan salah seorang muridnya yang selalu melayani Guru Marzuki dan membantunya dikasih tanah yang cukup luas.Dan Guru Marzuki  pernah mengalami keadaan yang sangat mengenaskan, seorang ulama yang tersohor mau mengorbankan apa yang dimilikinya demi mensyiarkan agama Allah. Misalnya : disaat Guru Marzuki pulang kerumahnya, beliau ditanya.”kainnya mana guru ? Guru Marzuki menjawab:” Saya kasih orang yang perlu kain saya untuk ibadah, yang penting orang itu mau ibadah, maka saya kasih”. Coba perhatikan adakah seorang yang mau mengorbankan pakaiannya datang dengan tak berbusana  hanya sekedar menutupi aurat, demi mengajak orang untuk beribadah kepada Allah.?
            Guru Marzuki seorang Ulama yang cinta kepada ilmu suka membahas permasalahan-permasalahan  yang bertolak belakang untuk dicari mana yang lebih berhak dan diterima. Misalnya fatwa yang dikeluarkan oleh Habib Usman bin Yahya mengenai mustahil imkanur ru’yah pada hilal yang dibawah tujuh derajat. Guru Marzuki membuatkan risalah kecil mengenai menjawab pada orang yang menolak Said Usman yang berfatwa bahwa hilal dibawah tujuh derajat mustahil imkan ( dilihat ). Beliau tulis dalam karangannya yang bernama”Fadhlul Rahman Fi Raddi Man Rodda ahlmarhum Said Usman”
Risalahnya telah dibenarkan oleh Penghulu lender Mester Kornelis H. M. Tholib dan Hop penghulu lender Betawi H. M. Hasan. Dan ada lagi, disaat tengah malam Guru Marzuki didatangi oleh muridnya yang bernama Guru Mustakim datang kerumahnya pada tengah malam untuk membahas suatu permasalahan. Hal ini ditanggapi oleh Guru Marzuki dengan senang hati meskipun sudah larut malam, beliau keluarkan kitab-kitab guna mencari titik permasalahan ilmu yang sedang dihadapi oleh muridnya, beliau tidak marah dan tidak mengatakan sudah malam, besok saja. Ini pertanda Guru Marzuki adalah seorang Ulama yang benar-benar ahli dalam fan ilmu agama serta mempunyai sifat toleran yang sangat tinggi.
            Guru Marzuki bukanlah seorang ulama yang hanya menekuni  bidang ilmu saja, tetapi beliau seorang ulama yang juga menekuni wiridan-wiridan. Diantara yang beliau lazimkan untuk diwiridkan selain membaca alquran adalah Dalailulkhairat.
    
            Seorang yang Mujahadah dalam menuntut serta menyebarkan ilmu sudah tentu Allah akan memberikan pangkat yang tinggi serta diberikan karomah,Guru Marzuki seorang ulama besar dan istiqomah juga mendapatkan karomah dari Allah swt. Hal ini  pernah dialami oleh H. Tijan yang bermaksud mengadakan pernikahan anaknya dengan hiburan musik dan topeng. Melihat hal semacam ini Guru Marzuki tidak suka, karena hiburan semacam ini tidak dibolehkan dalam agama. Maka disaat Perayaan akan dimulai hujan turun sangat lebat selama dua hari dua malam.dan orang tidak ada yang datang keperayaan tersebut. Guru Marzuki juga seorang ulama yang tidak ingin diphoto atau digambar. Karomah dari Guru Marzukipun tampak ketika Beliau bersama-kawan dan murid-muridnya hendak diphoto di masjid Jami’ al-Anwar, semua kawan dan muridnyadapat diphoto dan ada gambarnya, sedangkan Guru Marzuki tak terlihat bentuk gambarnya. Dan kuburannya pun pernah seseorang wartawan dari satu majalah yang ingin mengambil gambar dari kuburan Guru Marzuki, pernah mengalami kejadian yang tidak biasanya, ketika akan mengambil gambar atau memphoto kuburan Guru Marzuki kodaknya atu filmnya terbakar. Dan masih banyak lagi karomah-karomah Guru Marzuki yang belum terucapkan oleh orang-orang yang merasakan kejadian dari karomah Guru Marzuki.

B.7. Tuan Guru Marzuki berpulang ke rahmatulloh
            Sebagai manusia yang memiliki sifat jaiz sama halnya dengan Rasulullah saw. Guru Marzuki jatuh sakit. Semua muridnya datang dan menjaga Guru Marzuki. Tetapi keputusan Allah tidak ada yang dapat merintanginya bila Allah telah memutuskan. Semuanya pasti terjadi atas kehendak Allah. Akhirnya pada hari Jumat yang amat sejuk jam 06.15 pada tanggal :25 rajab 1352 Guru Marzuki pulang kerahmatullah dengan husnulkhotimah. Malam sebelum hari wafatnya hujan turun sangat deras. Dan pada siang harinya mendung tiada hujan. Ini pertanda orang yang meninggal dunia adalah orang yang memiliki pangkat dihadapan Allah taala. Sehingga disaat matinya Allah berikan pertanda yang tidak dapat dialami oleh orang yang tidak mempunyai pangkat disisi Allah Taala. Jenazahnya dishalatkan sore hari ba’da shalat asar. Karena banyak sekali orang yang datang untuk berta’ziyah kepada Guru Marzuki dan keluarganya. Para muridnya, ulama dan semua orang kampung hadir untuk menshalatkan jenazah Guru Marzuki. Acara shalat jenazah diimami oleh Habib Ali bin Abdurrahman alHabsyi dari Kwitang. Dan jenazah beliau dimakamkan di komplek pondok pesantren laki-laki. Sekarang dibelakang kuburan  beliau didirikan Masjid Al-Marzuqiyyah
            Kini Guru Marzuki hanya tinggal kenangan tak dapat dilihat oleh mata, karena telah berpisah kealam lain. Bayak orang yang merasa kehilangan obor sebagai lampu untuk menelusuri jalan yang masih kelam. Pelita yang setiap hari menerangi kampung cipinang Muara. telah padam. Akan tetapi meskipun Guru telah tiada, ilmu yang Guru Marzuki ajarkan kepada anak dan Muridnya tetap hidup. Perjuangan Guru Marzuki setelah beberapa bulan dilanjutkan lagi oleh anaknya yang bernama KH. Abd Malik dan KH. M. Baqir, namun hanya berjalan beberapa bulan saja. Akhirnya salah seorang muridnya yang akan menjadi mantunya mulai mencoba meneruskan perjuangan Guru Marzuki dan menyalakan Api obor yang telah padam. Ternyata karomah Guru Marzuki turun kepada mantunya. Beliau adalah KH. Muhammad Thohir bin H. Ja’man ( Guru Amad Thohir) Dimasa perjuangan Guru Mad Thohir banyak pula orang yang berduyun-duyun datang kekampung Muara dan Muara pun menjadi harum kembali hingga sampai Guru mad thohir meninggal  pada Tahun 1957.Maka Cahaya Muara tidak lagi sebagaimana dimasa perjuangan Guru Marzuki dan Guru Amad. Demikianlah perjuangan Guru Marzuki dalam menyebarkan amanat Allah taala

B.8. Hasil dari perjuangan beliau yang selalu menjadi kenangan.
            Guru Marzuki telah tiada Namun ilmunya tetap ada dan hidup melalui karangan-karangan beliau dan murid-muridnya yang tersohor namanya dilapisan masyarakat. Diantara karangan beliau adalah :

*     Tamrinul Azhan al’ajamiyah fi ma’rifati thorfin minal alfazhil ‘arobiyah ( satu kitab kecil yang membahas tentang ilmu shorof  selesai dikarang pada tanggal 25 Romadhon 1348 ).
*     Miftahul Fauzil abadi fi ilmil fiqhi ( satu kitab yang berbahasa arab melayu menerangkan tentang ilmu fiqh dan hukum Islam selesai dikarang tanggal 25 Jumadil akhir 1350).
*     Sabiluttaqlid ( kitab kecil yang menjelaskan tentang ilmu tauhid atau sifat-sifat yang wajib bagi Allah ).
*     Zahrotul Basatin Fibayani Dalaili Ummil barohin. ( satu kitab yang menerangkan  masalah-lamasalah yang muyskil dalam kitab Ummil barohin).
*     Fadlurroman fi roddi man rodda Said Usman ( satu kitab kecil yang menjelaskan tentang jawababan orang yang menolak fatwa said usman yang mengenai  mustahil ru’yah pada hilal yang masih dibawah tujuh derajat.).
*     Sirojul Mubatadi ( satu kitab yang membicarakan tentang aqidah atau sifat dua puluh ).
*     Tuhfaturrohman fibayani akhlaqibani akhirizzaman.( satu kitab yang membicarakan tentang akhlak seorang muslim dan hidup bertetangga ).

Hampir semua Murid-murid Guru Marzuki menjadi ulama dan penerus perjuangan beliau, hingga muridnya yang paling bodoh saja, menjadi ustaz, begitulah kata orang-orang tua dahulu yang tinggal diderah Cipinang Muara
Inilah peninggalan Guru Marzuki yang sangat berharga dengan adanya 
Murid-murid beliau yang selalu meneruskan sepak terjang Guru Marzuki dan menegakkan amanat Allah swt hingga menjadi orang yang terkenal dikalangan lapisan masyarakat kampung atau luar. Diantaranya adalah :

1.      KH. Muhammad Thohir dari Malaka
2.      KH. Nur Ali   dari ujung harapan.
3.      KH. Mukhtar Tabrani. Dari kaliabang nangka bekasi
4.      KH. Mahmud dari Cikarang
5.      KH. Maisin dari Klender
6.      KH.Ahmad Mursyidi dari Klender
7.      KH. Mustaqim dari pondok ungu Bekasi
8.      KH.M. Zainal Arifin dari Sumatera
9.      KH. M. Ilyas dari Palembang
10. KH. Abdullah Syafii dari Bukit Duri
11. Habib Umar bin Usman Banahsan.
12. KH. Hasbiayallah dari Kelender
13. KH. M. Yunus ( Muallim Yunus ) dari Bukir Duri
14. KH. Thohir Rohili dari Kampung Melayu
15. KH. Abdul Hadi dari kebembem
16. KH. M. Hasan dari Cawang
17. Muallim H. Hamzah dari Cipete
18. KH. Sodri dari Pisangan Lama
19. Guru M. Sholeh dari Kemayoran.
20. Guru H. Arsyad dari Kandang Sampi Cakung.
21. Dan masih banyak lagi nama-nama murid Guru Marzuki yang menjadi ulama terkenal yang tidak disebutkan namanya.

C. Penutup
            Guru Marzuki adalah Seorang ulama yang mempunyai semangat yang tinggi terhadap ilmu agama. Baik disaat Beliau masih muda atau sudah tua. Beliau mengajarkan ilmu  kepada murid-muridnya penuh dengan keikhlasan disertai dengan nur yang memancar dari dalam dirinya, sehingga ilmu yang Beliau sampaikan menjadi ilmu yang manfaat. Dan Beliau benar-benar menjadi ulama yang disegani baik disaat beliau masih hidup dan setelah wafat. Sifat ketegasan dan keistiqomahan yang beliau miliki itu menjadi bukti atas keberhasilan Beliau dalam menyebarkan ilmu Allah swt.
            Beliau ulama yang tidak hanya gemar kepada ilmu saja walaupun ilmu itu ibadah yang sangat tinggi nilai dan derajatnya, tetapi beliau juga, seorang ulama yang amilin dan babnyak beribadah baik dengan shalat sunnah, membaca quran, berpuasa ataupun berzikir. Sehingga dari ilmu yang Beliau tuntut dan diamalkan. Allah mengangkat derajatnya dan selalu dikenang dan disebut orang sebagai ulama yang amilin dan mujahidin dan sholihin. Maka kekaromahannya pun nampak disaat beliau berjuang untuk menyebarkan agama Allah swt.
            Berdasarkan latar belakang pengalaman pendidikan beliau, terlihat bahwa beliau menggunakan metode pendidikan konvensional.

Referensi
*     Wawancara dengan putri bungsu Guru Marzuki Ibu Hj. Jamilah Marzuki pada hari sabtu tgl: 11 September 2004 dirumah kediamannya. Jl. Cipinang Muara Rt 006/ 05.
*     KH. Umairoh. Baqir  dari terjemahan “Fathu Robbil Baqi” yang disusun oleh KH. M. Baqir.tentang riwayat hidup Guru Marzuki.
*     Rekaman dari pembacaan riwayat hidup  Guru Marzuki dan pengarahannya oleh KH. Drs. Saifuddin Amsir pada. Acara Haul guru Marzuki yang ke 71 diMasjid Jami al-Marzuqiyah pada hari Ahad. 12 September 2004.
*     Islam dan Masyarakat betawi oleh Abdul Aziz. Penerbit PT. logos wacana ilmu. Cet Pertama.
*     Ta’limul Mutaallim.Oleh Syeikh Ibrahim bin Ismail



Penulis

H. Abdullah Ahmad Muara
           





Tidak ada komentar:

Posting Komentar